“Bagaimana rasanya menjadi istri Ahok?” Itulah pertanyaan yang menjalar di benak kami ketika Gubernur Basuki Tjahaja Purnama digoyang isu SARA dan diseret ke meja hijau atas dakwaan penodaan agama.
Kami memikirkan perasaan Veronica ketika banyak orang mendemo, membawa spanduk bertuliskan “Gantung Ahok”. Namun, Veronica bukan perempuan yang gampang tersulut, terbawa perasaan, atau main drama di media sosial.
Dua kali Bintang mengajukan janji untuk wawancara dan foto. Dua kali pula, Veronica memilih tidak tampil di depan media. “Belum, ya Mas. Terima kasih untuk tawarannya,” demikian jawab Veronica ketika dihubungi pada 18 Januari lalu.
Ia menyadari, suhu politik tengah memanas. Karenanya, Veronica memilih tak terlalu sering tampil di muka publik. Kakak angkat Ahok, Nana Riwayatie, menyebut Veronica pribadi pendiam, cerdas, sekaligus setia.
Ia feminin dalam berpakaian. Namun di balik sikap diamnya itu, Veronica memiliki peran yang besar selama mendampingi Ahok.
Nana mengatakan, karakter Ahok yang blak-blakan dan emosinya mudah meluap bisa didinginkan oleh Veronica ketika berada di rumah.
“Veronica peredam emosi suami. Ia selalu memberi motivasi kepada Pak Ahok dalam banyak hal termasuk dalam rencana mencalonkan diri sebagai Gubernur lagi,” beri tahu Nana ketika ditemui di Rumah Lembang, Jakarta Pusat, pekan lalu.
Veronica memang dikenal tak banyak bicara. Namun sekalinya angkat suara, kata-kata yang mengalir dari bibir memancarkan inspirasi. Kami teringat, ketika berbincang dengan Veronica tiga tahun lalu di Jakarta Barat. Saat itu, Ahok baru saja naik takhta menjadi Gubernur menggantikan Joko Widodo yang terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia.
Veronica mengatakan, “Jabatan hanya sebuah posisi. Entah Wakil Gubernur, entah Gubernur, pekerjaan itu nilainya sama. Asal, saat diberi kesempatan yang baik ini, saat diberi ruang lingkup pekerjaan lebih luas, kita gunakan kesempatan itu untuk melayani masyarakat. Perkara mau jadi Ibu Wakil atau Ibu Gubernur, tidak ada bedanya