Jiromedia.com -Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Budi Gunawan mengatakan ada sebanyak 39 persen mahasiswa Indonesia yang terpapar radikalisme. Anggota Komisi I DPR RI Charles Honoris menilai data itu perlu jadi perhatian.
Data yang dipaparkan oleh KaBIN tentu mengkhawatirkan. Bahwa ada 39% mahasiswa Indonesia yang sudah terpapar paham radikal harus menjadi wake-up call bagi seluruh elemen bangsa," kata Charles kepada wartawan, Minggu (29/4/2018).
"Penanganan terhadap pidana terorisme harus dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif. Penangkapan dan penegakan hukum adalah upaya terakhir. Tetapi penting dilakukan upaya-upaya kontra radikalisme di tahapan awal," ujarnya.
"Apalagi saat sudah bisa diketahui wilayah gerak penyebaran paham-paham radikal seperti 3 kampus dan 15 provinsi yang sedang diawasi. Maka pemerintah bisa lebih fokus dalam penanganan tersebut," sambung Charles.
Meski demikian, Charles mengatakan data BIN soal 3 kampus yang terindikasi adanya penyebaran radikalisme tak perlu dibuka ke publik. Namun, BIN diminta untuk berkoordinasi dengan instansi lain.
Charles mengatakan kontra-radikalisme dapat dilakukan dengan penguatan kembali ideologi Pancasila. Pemerintah juga harus memonitor penyebaran ideologi dan konten negatif yang berbau radikalisme.
Dia menambahkan, penegakan hukum juga harus dilakukan terhadap penyebaran konten radikal dan penyebaran ujaran kebencian di dunia maya. Menurutnya, ujaran kebencian adalah benih bagi tumbuhnya ideologi radikal dan terorisme.
"Ini bisa mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini," kata Budi Gunawan saat menjadi pembicara dalam ceramah umum Kepala BIN kepada BEM PTNU se-Indonesia di kampus Unwahas, Semarang, Sabtu (28/4/2018).
Budi menjelaskan dari riset BIN tahun 2017 diketahui 24 persen mahasiswa dan 23,3 persen pelajar SMA sederajat setuju dengan tegaknya negara Islam di Indonesia. Selanjutnya ia menjelaskan, dari survei BIN tahun 2017 diketahui pula 39 persen mahasiswa di Indonesia sudah terpapar paham radikal. (detikcom)
Data yang dipaparkan oleh KaBIN tentu mengkhawatirkan. Bahwa ada 39% mahasiswa Indonesia yang sudah terpapar paham radikal harus menjadi wake-up call bagi seluruh elemen bangsa," kata Charles kepada wartawan, Minggu (29/4/2018).
Menurutnya, pemerintah mesti melawan penyebaran paham radikal ini bersama berbagai elemen. Anggota Fraksi PDIP ini berpendapat upaya kontra-radikalisme mesti dikedepankan.
|
"Penanganan terhadap pidana terorisme harus dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif. Penangkapan dan penegakan hukum adalah upaya terakhir. Tetapi penting dilakukan upaya-upaya kontra radikalisme di tahapan awal," ujarnya.
"Apalagi saat sudah bisa diketahui wilayah gerak penyebaran paham-paham radikal seperti 3 kampus dan 15 provinsi yang sedang diawasi. Maka pemerintah bisa lebih fokus dalam penanganan tersebut," sambung Charles.
Meski demikian, Charles mengatakan data BIN soal 3 kampus yang terindikasi adanya penyebaran radikalisme tak perlu dibuka ke publik. Namun, BIN diminta untuk berkoordinasi dengan instansi lain.
"Tidak perlu dibuka ke publik. Tetapi perlu dikoordinasikan dengan instansi-instansi terkait. Kerja intelijen tentu tidak bisa dibuka sepenuhnya ke publik. Kalau info dari Kemenkominfo boleh dibuka ke publik. Tapi kalau BIN jangan dong," ucapnya.
|
Charles mengatakan kontra-radikalisme dapat dilakukan dengan penguatan kembali ideologi Pancasila. Pemerintah juga harus memonitor penyebaran ideologi dan konten negatif yang berbau radikalisme.
Dia menambahkan, penegakan hukum juga harus dilakukan terhadap penyebaran konten radikal dan penyebaran ujaran kebencian di dunia maya. Menurutnya, ujaran kebencian adalah benih bagi tumbuhnya ideologi radikal dan terorisme.
Sebelumnya diberitakan, Budi Gunawan mengungkap 39 persen mahasiswa di Indonesia sudah terpapar paham radikal. Bahkan 3 universitas menjadi perhatian khusus karena bisa menjadi basis penyebaran paham radikal.
|
"Ini bisa mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini," kata Budi Gunawan saat menjadi pembicara dalam ceramah umum Kepala BIN kepada BEM PTNU se-Indonesia di kampus Unwahas, Semarang, Sabtu (28/4/2018).
Budi menjelaskan dari riset BIN tahun 2017 diketahui 24 persen mahasiswa dan 23,3 persen pelajar SMA sederajat setuju dengan tegaknya negara Islam di Indonesia. Selanjutnya ia menjelaskan, dari survei BIN tahun 2017 diketahui pula 39 persen mahasiswa di Indonesia sudah terpapar paham radikal. (detikcom)