Salah satunya peranan sejumlah lembaga survei yang menyajikan hasil polling kurang akurat.
"Di luar batas margin of error-nya, sesaat sebelum hari H yang berbeda dengan hasil quick count. Perbedaan tersebut mengundang banyak kekecewaan dari para kandidat dan warga masyarakat," kata Waketum Hanura Benny Pasaribu kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (1/7).
Menurut Benny adanya perbedaan prediksi dengan hasil yang terjadi, muncul penilaian bahwa hasil quick count bisa berbeda dengan hasil real count. Akibatnya di beberapa daerah masih ada gejolak yang dapat berkembang pada kegaduhan.
"Tetapi kita yakin semuanya telah diantisipasi dengan cermat oleh aparat keamanan," ujarnya.
Menurut Benny dalam pemilu seperti ini seharusnya yang ditonjolkan adalah mengimplementasikan kedaulatan warga masyarakat dalam memilih pemimpin.
Pria yang juga menjabat dalam kepengurusan HKTI itu menyatakan bahwa lembaga survei harus diawasi intensif supaya tetap menjaga netralitas, objektivitas, dan kredibilitas.
"Jangan tergantung pada sponsor, apalagi pada salah satu peserta demi keuntungan semata," pungkasnya.
[rmol]