“Saya tidak pernah buat perjanjian dengan Prabowo Subianto. Saya tidak pernah makan satu rupiah pun, saya tidak pernah mengambil uangnya. Jadi anda tidak perlu bicara pengkhianatan dengan saya. Saya menentukan hak demokrasi saya,” tegas Ngabalin dalam acara diskusi di Jalan Raya Matraman, Jakarta Timur, Sabtu (28/7/2018).
“Saya tidak punya perjanjian apa-apa dengan saudara. Saya seorang muslim. Saya punya kapasitas intelektual yang baik, saya datang dari latar belakang yang anda boleh pertaruhkan,” sambung dia.
Dia juga bercerita soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyatakan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) menang di Pilpres 2014 lalu. Setelah putusan MK keluar, dia mengaku menyarankan ke pendukung Prabowo-Hatta Rajasa untuk memilih menjadi oposisi yang konstruktif atau mendukung pemenang.
“Ketika MK memutuskan tentang kemenangan itu ada di Joko Widodo dan Pak Jusuf Kalla, saya orang pertama yang mengimbau kepada teman-teman keputusan MK final and binding (keputusan akhir dan mengikat). Dua pilihan bagi kita, anda mau jadi oposisi yang konstruktif membangun republik ini atau anda mau bergabung dengan pemangku kekuasaan negara,” ujar Ngabalin.
Namun menurut Ngabalin, rekan-rekannya kala itu memilih menjadi oposisi yang tak konstruktif. Hal itu yang disebutnya menjadi salah satu alasan dirinya berhenti dan keluar dari oposisi.
“Ternyata mereka memilih menjadi oposisi yang tidak konstruktif. Makanya saya menyatakan, saya berhenti dan keluar dari oposisi,” pungkasnya.( detik)