Siapa Penumpang Gelap di Freeport?

Jiromedia.com - Oleh: Yusri Usman*
Penjelasan secara gamblang Said Didu mantan staff khusus Menteri ESDM Sudirman Said pada saat acara  ILC TV One ( 17/7/2018)  terkait ” Untung Ruginya  Divestasi Saham PT Freeport Indonesia (PTFI)” menarik dicermati oleh semua penegak hukum.
Pasalnya Said Didu saat itu juga sebagai salah satu anggota tim perundingan dari Pemerintah dgn PTFI, sehingga testimoni dia pada acara ILC TV One diharapkan bisa membuka borok apakah yang dia maksud benalu itu adalah mafia mafia yang sering menikmati hasil dari setiap kontrak pengelolaan sumber daya alam ditanah air selama ini, baik disektor tambang, migas dan panasbumi dan lainnya, biasanya praktek ini dimulai sejak izin akan dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal di Kementerian ESDM ( Migas, Minerba, EBT dan Ketenaga Listrikan)  ataupun pada masa  perpanjangan izin operasi merupakan peluang besar mafia menjadi calonya.
Apalagi menurut Said Didu informasi itu dia dengar langsung dari pejabat PTFI sudah pasti dapat dikatakan banyak benarnya ( A1 ), dan keterangan penting itu sudah tentu bisa digunakan sebagai bukti tambahan atau petunjuk bagi penegak hukum (KPK, Polri dan Kejagung)  kalau mau serius membongkar mafia sumber daya alam yang sudah merugikan negara ribuan triliun sejak kita 72 tahun merdeka, karena dugaan korupsi atau pemerasan bukan delik aduan, jadi tidak perlu sampai Said Didu melaporkan, seharusnya penegak hukum yang jemput bola.
Adapun keterangan atau testimoni  Said Didu adalah “Orang Freeport buka ke saya banyak benalu di jakarta, kami capek tertekan di Indonesia. Kasus Freeport selalu ribut karena banyak benalu, dan benalu banalu itu tokoh di Jakarta, saya paham Pak, orang Freeport buka ke saya.
Saya hitung saat itu pemasukan dari Freeport sekitar rata rata 42 %, termasuk deviden.
Kemudian saya minta naik 60%, langsung dijawab bersedia.
Saya kaget koq bersedia ?, tapi tolong saya dibantu, bantu saya membersihkan benalu, karena kami sudah capek tertekan di Indonesia.
Di akhir penutupnya dia katakan, selalu perundingan perundingan yang dikirim ke Indonesia selalu ujungnya di injak kakinya” ungkap Said Didu.
Bisa jadi kata “alot ” selama 3.5 tahun proses perundingan dgn PTFI oleh Presiden Jokowi disebabkan oleh benalu benalu tersebut.
Testimoni Said Didu itu berselang sehari setelah publik dihebohkan kehadiran salah tokoh legendaris papa minta saham Moch Reza Chalid dibarisan depan ketika Presiden Jokowi sedang memberikan kuliah umum  acara bela negara  dikantor Nasdem bertepatan hari ulang tahun Surya Paloh.
Sekarang publik menunggu sikap tegas penegak hukum, harapan besar diharapkan KPK berinisiatif segera memanggil Said Didu untuk diminta keterangan nama nama yang dia katanya tau telah sebagai benalu dan menginjak Freeport, karena menyembunyikan orang yang diduga melakukan kejahatan bisa dijerat dengan pasal pidana.
Direktur Eksekutif CERI
(konfrontasi)

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :