"Beban bunga utang membuat fiskal menyempit. Disaat yang bersamaan rasio pajak Indonesia hanya 11,5% terendah dibanding negara ASEAN lainnya," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Sabtu (16/3/2019).
Peningkatan utang luar negeri Indonesia terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral mencapai sebesar USD190,2 miliar serta utang swasta termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga USD193,1 miliar. Akibat peningkatan tersebut, sambung Bhima menilai beberapa proyek infrastruktur yang tengah digarap bakal terhambat.
Hal itu dikarenakan pemerintah Indonesia harus membayar utang yang mencapai Rp5.366 triliun. "Kenaikan nominal utang maupun bunganya bisa membuat proyek infrastruktur pemerintah terhambat. Kecuali diserahkan ke BUMN dan kerjasama bersama swasta," katanya
Kendati demikian, dia menegaskan Indonesia diyakini bisa membayar utang karena tidak memiliki sejarah gagal bayar utang. "Indonesia tidak punya sejarah gagal bayar utang jadi kemungkinan tidak mampu membayar utang kecil," tegasnya.
Sebagai informasi berdasarkan data Asian Bonds Online, Indonesia adalah negara mempunyai tingkat bunga utang sebesar 8,12%. Sementara bunga utang Filipina 6,47%, Vietnam 4,88%, Malaysia sebesar 4,07%, Thailand 2,27%, dan Singapura 2,21% atau terendah di ASEAN. [SN]