Pengobatan yang serampangan telah dengan cepat menguras darah dari penis pria tersebut, tapi kemudian meninggalkan kateter di dalam dan terpasang ketat di penisnya, menyebabkan pasien mengalami gangrene.
Mereka akhirnya tidak memiliki pilihan selain mengamputasi, setelah dia dilaporkan kembali menunjukkan tanda-tanda kerusakan jaringan yang parah disebabkan kehilangan sirkulasi darah yang akut.
Kasus yang termasuk jarang ditemukan ini terjadi di King George's Medical University di Lucknow, sebelah utara India, yang telah dipublikasikan bulan lalu diBritish Medical Journal, dilansir dari Mirror, Minggu, 8 April 2019.
Pria ini menderita priapism, istilah medis untuk ereksi jangka panjang biasanya tanpa rangsangan seksual dan menyakitkan.
Tidak diketahui apa penyebab kondisi pasien tersebut tapi para pakar mempertimbangkan ereksi yang berlangsung lebih dari 48 jam sebagai kondisi medis yang darurat.
NHS mengatakan bahwa priapism bisa disebabkan oleh matinya sel sabit atau karena penggunaan obat ilegal atau obat dengan resep untuk disfungsi ereksi, termasuk viagra.
"Kita memindahkan kateter uretranya," tulis Dr Saqib Mehdi dalam laporannya. "Tapi tetap warna hitam dari kelenjar penisnya mendalam melebihi hari berikutnya dan garis jelas dari garis demarkasi menjadi terlihat diantaranya dan batang penis."
Tiga minggu usai operasi yang mengubah hidupnya tersebut, si pria kemudian sudah bisa buang air kecil seperti biasa dan sekarang memiliki luka yang sehat. (viva)