Namun, di balik gegap gempitanya acara itu, ada perkara lain yang menyita perhatian dan ramai dibincangkan di media sosial, khususnya Twitter. Yaitu soal kondisi saf (barisan) dalam salat itu yang tidak tertib dan ada yang bercampur antara perempuan dan laki-laki.
Sampai sholat subuhpun...laki2 dan perempuan diperbolehkan satu saf.Inilah yang dikhawatirkan Bapak @SBYudhoyono sebagai politik Identitas??— #PILIH1INDONESIAMAJU#PILIH2INDONESIASENGSARA (@Bagus_Cinta18) April 7, 2019
Seharusnya, dalam salat, saf pria berada paling depan, lalu di belakang saf perempuan. Tidak boleh bercampur pria dan wanita, serta tidak boleh berjarak di antara saf pria dan saf wanita.
Merespons hal ini, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS sekaligus timses paslon 02, Hidayat Nur Wahid, yang juga jemaah salat Subuh, memberikan penjelasan. Menurutnya, saf salat sebetulnya sudah diatur oleh panitia.
"Saya tidak lihat persis karena saya ada di depan. Dan semua saf sudah diatur oleh panitia," kata Hidayat kepada kumparan, Minggu (7/4
Hidayat mengatakan, apabila mereka mengikuti tempat yang sudah disediakan panitia, tidak mungkin terjadi seperti itu. Ia menduga jemaah yang safnya bercampur itu karena sejak awal tidak tergabung dalam saf.
"Itu kan kejadiannya kemungkinan ya, orang-orang yang sudah duduk-duduk di kursi itu mereka enggak bisa ke tempat saf. Atau mereka terlanjur di situ kemudian di situ sudah penuh, mungkin kondisinya semacam itu," ungkap dia.
Wakil Ketua MPR itu menambahkan, seharusnya jemaah menyesuaikan diri dengan aturan panitia dan ketetuan umum yang sudah berlaku. Pasalnya, panitia sudah menyediakan saf yang sudah lebih dari cukup.
"Jadi harusnya jemaah mengikuti aturan panitia kemudian mengikuti apa yang sudah dilakukan, ya tertiblah gitu," tutur dia.
"Yang jadi masalah mereka duduk di kursi kemudian penuh dan sudah azan. Padahal kalau sudah di saf enggak gitu," sambungnya.
Lalu apa pandangan Hidayat soal hukum apabila jemaah menyatu dalam Islam?
"Kalau itu ditanya ke Majelis Ulama deh," jawab dia.