Sebagaimana dikutip pojoksatu.id dari laman pemilu2019.kpu.go.id pada Ahad (21/4) pukul 00:45:02, data masuk sudah mencapai 6,9 persen atau sebanyak 56.516 C1 dari 813.350 TPS.
Data terbanyak berasal dari Jawa Tengah (Jateng) yakni 1.301.802 suara, disusul Jawa Timur (Jatim) sebanyak 822.358 suara.
Sedangkan Jawa Barat (Jabar) baru 384.456 suara, DKI Jakarta 338.571 suara dan Banten 90.303 suara.
Dari total suara masuk, pasangan Jokowi-Ma’ruf tetap unggul dengan perolehan 5.909.469 atau 54,65 persen. Sedangkan pasangan Prabowo-Sandi meraih 4.902.912 atau 45,35 persen.
Meski suara dari Jateng tertinggi, tetapi banyak TPS yang tidak dilengkapi dengan scan C1.
Di Desa Wonodadi, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, sebanyak 8 TPS tidak dilengkapi scan C1.
Begitu pun di Desa Wonokerto yang memiliki 19 TPS. Di desa ini, hanya TPS 01 yang dilengkapi scan C1, selebihnya kosong.
Di Desa Pucanggading, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, dari 10 TPS, tak satu pun yang dilengkapi scan C1.
Hal serupa terjadi pada TPS 05 Desa Pelang, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. TPS ini juga tidak ada scan C1.
Sebelumnya, pendukung capres 02, Prabowo Subianto menyoroti real count KPU melalui Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) Pemilu 2019.
Ulama pendukung Prabowo, Tengku Zulkarnain heran melihat real count KPU yang terkesan memprioritaskan daerah lumbung suara Jokowi untuk ditampilkan di laman pemilu2019.kpu.go.id.
Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu membandingkan data masuk dari beberapa daerah.
Ia men-screenshot tampilan laman pemilu2019.kpu.go.id yang menunjukkan perolehan suara dari sejumlah provinsi.
“KPU Menghitungnya Aneh Sekali. Masak DKI Jakarta Ibukota Tempat Kantor KPU Baru Masuk Suara 180 Ribuan Suara. Sementara Jawa Timur Hampir 500.000an Suara Sudah Masuk. Jawa Tengah Malah sdh Hampir 1 Juta Suara,” kata kata Tengku Zulkarnain melalui akun Twitter @tengkuzulkarnain, Sabtu (20/4).
“Jawab Barat 200.000an dan Banten Juga Secuil. Apa Mau Bentuk Opini?,” tambah ulama kelahiran Medan, Sumatera Utara itu.