Ajaib, Ditepuk Bung Karno Tiga Kali, Mobil Itu Tak Mempan Ditembak dan Dibom

Sebagai mantan ajudan Presiden Soekarno, Kolonel Purnawirawan Corps Polisi Militer (CPM) Anumerta, Maat Soemardi memiliki segudang pengalaman mengawal presiden Indonesia pertama tersebut.

Anak kedua Maat, Teti Yulianti menceritakan kisah ayahnya semasa bertugas menjadi ajudan Bung Karno.

Satu kisah, pernah ayahnya bertugas mengantarkan Bung Karno ke suatu tempat di Jakarta.

Waktu itu, kondisi keamanan di Jakarta sedang tidak stabil.


Ajudan 1

"Ayah saya yang nyetir. Sebelum berangkat, Bung Karno menepuk mobil Jeep-nya tiga kali," kata Teti kepada TribunnewsBogor.com, Selasa (10/11/2015).

Kemudian, ketika di perjalanan, mobil yang dikendarai ayahnya diberondong tembakan dan bom.

Anehnya, mobil yang membawa Bung Karno tersebut tidak mempan terhadap serangan tersebut.

"Ayah saya juga heran, setelah ditepuk mobilnya tiga kali oleh Pak Karno sampai gak mempan ditembaki," ungkapnya.

Selain itu, ayahnya juga pernah diberikan kenang-kenangan oleh Bung Karno.

Namun, lukisan tersebut telah diserahkan kepada pihak lain.

"Sudah diserahkan, saya juga tidak tahu diserahkan kemana. Kata ayah saya supaya tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan," terangnya.


Ajudan 3

Kini, Almarhum Maat Soemardi telah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bantarkemang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.

Jenazah Maat tidak dimakamkan di makam pahlawan, sesuai dengan wasiat yang disampaikan kepada keluarganya.

Bertahan Hidup dengan Rental PS

Purnawirawan Kolonel Corps Polisi Militer (CPM) Maat Soemardi, ajudan Soekarno memiliki watak yang sederhana dan disiplin.

Selama hidupnya, dia tidak ingin merepotkan orang lain, terlebih anak-anaknya.

Ia lebih memilih tinggal di rumah sederhana bersama istrinya, Siti Komariah.

Rumah tempat tinggalnya sederhana di gang sempit yang berada di Kampung Babakan, Desa Banjarwaru, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Anak kelima Maat, Syaiful mengatakan ayahnya tinggal bersama ibunya di rumah sederhana tersebut sejak tahun 1986.

"Bapak sama ibu sekarang-sekarang ini tinggal berdua. Tapi sering juga ditemani saya sama kakak-kakak saya," katanya kepada TribunnewsBogor.com, Selasa (10/11/2015).

Selama ini ayahnya bertahan hidup melalui dana pensiun dan tunjangan veteran dari pemerintah tiap bulan.

Namun, Syaiful tidak ingin menyebut secara detail berapa jumlah uang yang diterima ayahnya.

"Untuk uang pensiun terakhir yang saya tahu sekitar Rp 1,7 juta, ditambah uang tunjangan veteran, ya di atas Rp 2 juta lah. Alhamdulillah masih cukup untuk kebutuhan bapak sama ibu," katanya.

Untuk menambah pemasukan, Maat Soemardi juga membuka rental playstation (PS).

Pendapatan dari rental PS cukup membantu ayah dan ibunya untuk membiyai kebutuhan sehari-hari.

"Lumayan, dari rental PS bisa dapat Rp 50-60 ribu per hari, kalau lagi ramai bisa dapat Rp 150 ribu," kata Syaiful.

Selama hidup, ia mengenal ayahnya sebagai sosok yang sederhana dan sangat religius.

Ayahnya tidak suka merepotkan orang lain dan jarang marah saat di rumah.

Tinggal di Rumah Tidak Layak Huni Bertahun-tahun

Kediaman mantan Ajudan Soekarno, Purnawirawan Kolonel Corps Polisi Militer (CPM) Maat Soemardi kini jauh lebih nyaman dari sebelumnya.

Teras depannya sudah diberi paving blok dan lantai rumahnya sudah dikeramik.

Bagian depannya dipagari dengan pagar tembok.

Temboknya juga sudah diplester dan dicat warna krem.

Sebelumnya, rumah ajudan Bung Karno ini termasuk dalam kategori rumah tidak layak huni (rutilahu).

Kondisinya tentu tidak seperti sekarang ini.

"Bulan Oktober (2015) lalu, kami dapat bantuan dari Kodim Kabupaten Bogor, Koramil Ciawi, dan sponsor dari perusahaan, rumah bapak direnovasi," kata Syaiful.

Renovasi dilakukan karena sebelumnya rumah bapaknya ini sangat sederhana.

Bagian ruang tamu dan halaman depannya direnovasi.

Proses bedah rumahnya juga tidak begitu lama.

Syaiful merasa terbantu dengan adanya bedah rumah ini.

"Ya bapak saya juga merasa senang, rumahnya bisa direnovasi jadi lebih baik," ungkapnya.

Kini, jasad Maat Soemardi telah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bantarkemag, Kelurahan Parung Banteng, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat.

Pemakaman Tidak Diiringi Upacara Militer

Pemakaman mantan ajudan Bung Karno, Purnawirawan Kolonel Corps Polisi Militer (CPM) Maat Soemardi tidak diiringi upacara militer.

Hal tersebut sesuai dengan wasiatnya kepada keluarga semasa masih hidup.

Ia dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kelurahan Parungbanteng, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat.

Hanya keluarga dan beberapa kerabatnya yang mengiringi pemakaman.

Beberapa anggota TNI juga ikut mengantarkan jenazah ke tempat pemakaman.

Komandan Koramil Ciawi, Mayor Corps Perhubungan Rohman Khoirul mengatakan pihak keluarga memang tidak ingin diadakan upacara militer.

"Awalnya kami sudah menawarkan dan merencanakan serta bertanya kepada istrinya apakah ini akan dimiliterkan. Namun, katanya almarhum berwasiat agar saat meninggal ia tidak ingin merepotkan yang lain," ungkapnya.

Rohman mengatakan secara administrasi memang sudah bisa untuk dilakukan upacara militer.

Ia juga mengatakan kalau Maat Soemrdi bisa dimakamkan di taman makam pahlawan.

"Namun, karena permintaan keluarga, jadi tidak digelar upacara. Tapi kami tetap membantu pemakaman dengan menyediakan ambulance," tuturnya kala itu.

Veteran pejuang Kemerdekaan RI Kolonel Purnawirawan Corps Polisi Militer (CPM) Maat Soemardi menghembuskan nafas terakhir pada Senin, 9 November 2015.

Maat Soemardi yang pernah bertugas sebagai ajudan Presiden Soekarno ini dimakamkan tepat di Hari Pahlawan, Selasa (10/11/2015) pukul 13.00 WIB.

Rumah duka yang berada di Kampung Babakan, Desa Banjarwaru, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat saat itu dipenuhi sanak saudara.

Foto kenangan Kolonel Maat Soemardi diletakkan di samping jenazahh almarhum yang disemayamkan di ruang tengah rumah duka.

Anak kedua Maat Soemardi, Teti Yulianti mengatakan jenazah ayahnya dimakamkan di pemakaman keluarga atas permintaan ayahnya.

"Beliau tidak ingin dimakamkan di taman makam pahlawan, inginnya di tempat makam keluarga saja," kata Teti.

Maat Soemardi meninggal di rumahnya setelah sekitar seminggu kondisinya melemah.

Menurut Teti, ayahnya hanya bisa tertidur lemah di kamar sebelum menghembuskan nafas terakhir.

Kolonel Maat Sumardi lahir pada 17 Januari 1927 dan tutup usia di umur 88 tahun.

"Beliau orangnya baik, gak pernah marah. Selama bertugas ayah sangat loyal pada Presiden Soekarno," tutur Teti.


Subscribe to receive free email updates: