News Internasional, MOSKWA - Rencana yang mengundang gelak tawa Presiden Vladimir Putin, yaitu mengekspor daging babi ke Indonesia, ternyata ditanggapi serius Kementerian Pertanian Rusia.
Selain Rusia, Jerman dan Belgia juga berniat mengekspor daging babi ke Indonesia.
Presiden Rusia Vladimir Putin awalnya tergelak mendengar usulan Menteri Pertanian Alexander Tkachev yang ingin mengekspor daging babi ke negara Muslim terbesar di dunia, Indonesia.
Namun, pria paling berkuasa di Bumi itu tidak menangkap raut serius pada wajah sang menteri. Sebab, rencana tersebut kini menjadi kenyataan.
"Delegasi dari Badan Federal Pengawasan Peternakan dan Keamanan Tanaman Pangan (Rosselkhoznadzor) berpartisipasi pada pameran internasional agribisnis Indo Livestock Expo di Surabaya untuk memperkenalkan produk daging kami, termasuk daging babi," kata Maria Matsuri, pejabat senior di Kantor Dagang Rusia di Indonesia, kepada Jakarta Post, Rabu (22/11/2017).
"Kami sudah mengajukan izin impor dari Kementerian Pertanian," imbuhnya.
Pemerintah di Moskwa saat ini didesak mencari pasar baru bagi produk daging yang saat ini sedang membanjiri pasar dalam negeri.
Berkat kucuran dana investasi, tahun ini produksi daging babi Rusia meningkat 20 persen menjadi 4,2 juta ton. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak 25 tahun terakhir.
Rusia mengintip peluang lantaran produksi daging babi di Indonesia menyusut selama 15 tahun terakhir lantaran tidak didukung pemerintah.
Tidak hanya negeri "Beruang Merah", Jerman, Slowakia, dan Belgia yang juga memproduksi daging babi dalam jumlah besar ingin mengekspor produknya ke Indonesia.
Kadin Indonesia memperkirakan saat ini terdapat lebih dari 600 pusat pengolahan daging babi di Jakarta.
Namun, kapasitas produksi yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Tahun lalu Indonesia menggandakan impor daging babi menjadi 1.221 ton.
"Indonesia terbuka untuk perdagangan daging babi. Kami negara yang terbuka. Namun, Rusia terlambat memasukkan dokumen Agustus lalu. Kalau kami beri izin, mereka harus membayar biaya PNPB (penerimaan negara bukan pajak) dua kali, yakni tahun ini dan tahun depan," kata Syamsul Maarif, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian.
"Jadi, sebaiknya kami mendaftarkan mereka Januari nanti. Kami juga berencana membuat prosesnya online jadi mereka bisa mendaftar lebih cepat," imbuhnya.