www.gelora.co - Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia Ruben Hattari menyampaikan kronologi pencurian data yang dilakukan Cambridge Analytica di hadapan Anggota Komisi I DPR RI. Hal itu disampaikna untuk mengurangi kesalahpahaman terkait bobolnya data oleh pihak ketiga yang menggunakan sistem keamanan Facebook.
"Saya ingin menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi dalam kasus Cambridge Analytica. Kami terus berupaya untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dan mengidentifikasi langkah-langkah yang harus diambil untuk memastikan hal serupa tidak terulang kembali," jelas Ruben, Selasa (17/4).
Ruben menjelaskan pada 2013, sebuah aplikasi thisisyourdigitallife dikembangkan oleh seorang peneliti bernama Dr. Aleksandr Kogan. Ia seorang akademisi di Cambridge University, bukan bagian dari karyawan Facebook.
Seperti halnya aplikasi pihak ketiga, aplikasi Kogan juga menggunakan log in Facebook untuk mengaksesnya.
Cara tersebut memungkinkan pengembang aplikasi pihak ketiga untuk meminta persetujuan dari pengguna aplikasi Facebook agar aplikasi mereka bisa mengakses kategori data tertentu yang dibagikan pengguna tersebut dengan teman Facebook mereka (sesuai dengan pengaturan privasi teman mereka).
"Penggunaan Facebook log in sesuai dengan kebijakan yang telah di atur dalam kebijakan platform, dimana kami dengan tegas melarang penggunaan dan pengiriman data yang dikumpulkan menggunakan cara ini untuk tujuan lain," tukasnya.
Setelah Kogan mendapatkan data pengguna Facebook, data tersebut kemudian diberikan ke Cambridge Analytica. Ruben menegaskan Facebook tidak memberikan izin atau menyetujui pemindahan data tersebut dan hal ini merupakan pelanggaran kebijakan perusahaan.
"Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan dari laporan media, pada bulan Desember 2015, kami menangguhkan akses aplikasi tersebut untuk menggunakan Facebook log in dan menuntut Kogan serta perusahaannya saat itu, Global Science Research Limited (GSR) dan entitas lainnya yang sudah dikonfirmasi bahwa mereka telah menyerahkan data yang terkumpul melalui aplikasi ke entitas tersebut untuk memberikan penjelasan dan segera menghapus semua data tersebut," jelasnya.
Ia menyebut aplikasi tersebut tidak mengantongi informasi sensitif pengguna seperti kata sandi atau informasi finansial. Mereka hanya memiliki akses data ke pengguna yang telah mengunduh aplikasi dan memberikan akses datanya.
"Data dalam hal ini termasuk informasi teman mereka, data yang dipublikasikan teman mereka di platform Facebook sesuai dengan pengaturan privasinya," pungkasnya.
Ruben menjelaskan kebijakan yang diberlakukan Facebook saat itu membuat sejumlah persyaratan bagi penyedia aplikasi untuk berperilaku sesuai dengan yang sudah ditentukan. Namun, hal itu tak diindahkan oleh Kogan dan mereka dinilai melanggarnya.
Meski mengakui ada pelanggaran yang dilakukan oleh Kogan dan Cambridge Analytica, Ruben mengaku sejauh ini pihaknya belum menemukan bukti bahwa keduanya melanggar sertifikasi penghapusan dengan tidak menghapus data yang dimiliki.
Kendati demikian, pihaknya berjanji akan melakukan penyelidikan mendalam untuk kasus tersebut.
"Kami akan terus mendalami kemungkinan ini sembari membantu penyelidikan yang dilakukan Komisioner Informasi Inggris (ICO). ICO meminta kami menunda langkah audit dan pencarian fakta tertentu sambil menunggu penyelidikan mereka selesai," imbuhnya. [cnn]