Ustadz Mudzakir Dan Aksi Solidaritas Rocky Gerung


www.gelora.co - Namanya adalah Ustadz Mudzakir. Beliau termasuk sosok yang menggembleng santri dengan tegas. Saat itu, saya melihatnya penuh rasa takut dan khawatir. Tadi malam saya temui beliau dengan rasa bahagia berikut bangga dan tak lupa cium tangannya di depan para aktivis dan politisi yang saat itu berkumpul dukung Rocky Gerung.

Ustadz Mudzakir yang tampak masih muda dan segar, persilakan saya untuk mampir ke pesantren beliau di Solo. Ustadz bisa dikatakan sebagai sosok ulama yang konservatif. Beliau tak menggunakan fasilitas SMS, apalagi Whatsapp. "Saya hanya menerima via telepon. Hampir semua telepon yang masuk saya angkat," kata Ust Mudzakir.

Saya mengenal beliau sejauh ini sebagai sosok pejuang pergerakan Islam. Hampir semua tokoh pergerakan Islam dekat dengan beliau.  Di antara tokoh yang dekat dengan beliau adalah Ustadz Abu Bakar Baashir yang saat ini dipenjara karena tuduhan terlibat dalam terorisme. Bahkan disebut-sebut, Ustadz Mudzakir adalah rujukan masalah-masalah fikih Ustadz Abu Bakar Baashir. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan vonis 15 tahun penjara kepada Baasyir 16 Juni 2011. 

Dengan latar belakang Islam garis konservatif bahkan menurut media mainstream bisa dikategorikan radikal, Ustadz Mudzakir menyempatkan datang pada acara aksi solidaritas pada Rocky Gerung, seorang non muslim yang  dituding sebagai penista agama. 

Sebelumnya, Dosen Universitas Indonesia, Rocky Gerung dilaporkan ke Polda Metro Jaya terkait pernyataannya di stasiun televisi swasta yakni 'kitab suci itu fiksi'. Rocky mengatakan siap memberikan klarifikasi jika dipanggil oleh pihak kepolisian. 

Sejauh ini Majelis Ulama Indonesia belum memberikan sikap terkait apa yang disampaikan Rocky Gerung di televisi swasta berapa hari lalu. 

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid mengatakan perlu mendalami dan mempelajari terkait makna dari kalimat tersebut.  Apalagi Rocky Gerung juga tak sebutkan jenis kitab suci yang dimaksud. Natalius Pigai dalam aksi solidaritas tadi malam juga menegaskan kembali bahwa apa yang disampaikan Rocky Gerung tidak menyebutkan jenis kitab suci yang dimaksud. Sementara sebagian pihak memaksa bahwa kitab suci yang dimaksud termasuk Alquran sehingga nasibnya pun harus di-Ahok-kan. 

Belum lama ini, Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) memberikan tanggapan terkait pernyataan dosen Universitas Indonesia Rocky Gerung soal 'kitab suci itu fiksi'. Kepala Humas PGI Jeirry Sumampow mengatakan tidak ada unsur penistaan dari pernyataan yang dilontarkan Rocky. Sementara itu, Direktur Riset Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra Jakarta mengajak untuk menilai fair pernyataan Rocky  Gerung. 

"Orang sah-sah saja membuat definisi baru untuk sesuatu. Dan saya kira, definisi Gerung untuk fiksi itu agak unik. Selanjutnya, perlu kita amati pernyataannya sejauh definisi yang dia maksud, bukan berdasarkan definisi di tempat lain," tegasnya.

"Kadang-kadang definisi dari sesuatu bisa dibantu dengan antonimnya. Kebetulan kita dibantu dengan uraian ADA yang menarik dalam pertemuan aksi solidaritas atas Rocky Gerung di kawasan Manteng, Jakarta Pusat, Selasa malam 17 April 2018. Saya bertemu seorang guru kharismatik saat  saya menjadi santri di sebuah pesantren Jawa Timur sekitar 27 tahun lalu.

Rocky Gerung. Di ILC saat itu, dia membuat hanya dua pilihan untuk publik, ‘Apakah kitab suci itu fiksi atau fakta?’ Ini menunjukkan oposisi fiksi itu adalah fakta," ujar Ammar.

Ammar sependapat dengan cara Rocky Gerung membuat definisi untuk memperjelas makna fiksi dengan mengoposisikannya dengan fakta.

Menurutnya, definisi fiksi yang dihubungkan dengan kitab suci, dalam pandangan Rocky Gerung, bukan definisi esensial, namun definisi fungsional. 

Maksudnya, kata Ammar, sekalipun fiksi itu secara esensial tidak berbasis fakta, tapi berfungsi sebagai energi untuk mengaktifkan imajinasi dalam rangka mengarah pada satu tujuan atau telos.

Dalam mendudukkan kitab suci, Ammar mempertanyakan kitab suci yang disebutkan Rocky Gerung itu. Pasalnya, kitab suci di satu agama tidak sama dengan di agama lain.

"Ini kitab suci yang mana? Di agama yang mana? Tidak semua kitab suci itu sama," ujar Ammar

"Kaitannya dengan Islam, apakah dengan demikian, kalau kita katakan kitab suci itu fiksi, maka seluruh ayat dan seluruh unit ajaran dalam salah satu kitab suci, yakni Alquran, itu fiksi?! Ini yang barangkali jadi keberatan umat Islam," ujar Ammar.

Namun menurut Ammar, bisa dibenarkan jika ada hal-hal dalam Alquran berisi fiksi dalam pengertian Gerung, yakni tidak ada fakta konkretnya sekarang secara aktual, tetapi itu bukan berarti tidak ada sama sekali secara potensial sebagai telos, tujuan yang diharapkan akan terjadi fakta dan realisasinya melalui narasi kitab suci ini, seperti prinsip kehidupan setelah kematian, hari keadilan, dan peristiwa kiamat.[***] 


Alireza Alatas
pembela ulama dan NKRI/aktivisi Silaturahmi Anak Bangsa Nusantara (Silabna).[

Subscribe to receive free email updates: