#NKRIMemanggilUAS Dan Cawapres Alternatif Untuk Prabowo

Jiromedia.com -Jagat maya di media sosial Twitter akhir pekan lalu sempat diramaikan oleh tagar #NKRImemanggilUAS. Para netizen beramai-ramai menggunakan tagar ini untuk mendorong Ustaz Abdul Somad (UAS) menjadi calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto.

Belum jelas siapa yang pertama kali membuat tagar ini. Berdasarkan pantauan Republika.co.id, tagar ini dipopulerkan oleh akun @RajaPurwa pada Jumat (3/8), yang juga memajang foto UAS dengan tagar #NKRImemanggilUAS #2019PrabowoUAS

"Teman-teman mari bikin rekor reply tagar terbanyak dimari, untuk yang mau dukung UAS bakal Cawapres @prabowo reply dengan dua tagar ini, plus RT tagar #NKRIMemanggilUAS dan demi #2019GantiPresiden," tulis akun tersebut.

Cicitan akun ini kemudian di-retweet sebanyak 1.816 kali, dan di-like sebanyak 1.568 kali. Kemudian para netizen pun beramai-ramai menggunakan tagar ini.

"Tampillah, Bang, untuk menyelamatkan negeri ini. Senangkanlah hati umat. Penuhilah harapan ulama..  #NKRIMemanggilUAS, #2019GantiPresiden," tulis akun @MbahUyok yang kemudian di-retweet sebanyak 639 kali, dan di-like sebanyak 1.051 kali.

Akun @Heru_catur menyatakan dukungannya kepada UAS dengan mengutip sebuah hadis mengenai amanah pemimpin. "#NKRIMemanggilUAS Janganlah kamu minta jabatan karena jika kamu diberi Jabatan karena memintanya, maka akan diserahkan kepadamu sendiri untuk memikulnya. Jika kamu diberi jabatan tanpa memintanya, maka kamu akan dibantu (oleh Allah untuk memikulnya).( HR. Al-Bukhari dan Muslim)." tulis akun @Heru_catur.

Selain itu, bahkan ada yang menunjukkan dukungannya dengan membuat akun bernama PUAS @PrabowoUAS, dengan foto profil yang menyandingkan Prabowo dan UAS, dengan tulisan di bawahnya PrabowoUAS Indonesia 2019. Tagar #NKRImemanggilUAS ini sempat menduduki trending topic nomor 1 di Twitter dengan sekitar 44.800 tweet pada Sabtu.

Nama Somad mulai digadang-gadang menjadi bakal cawapres Prabowo sejak keluarnya rekomendasi Ijtima' GNPF Ulama pada akhir Juli lalu. Ia menjadi salah satu yang disorongkan kepada Prabowo selain Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri.

Somad segera menolak rekomendasi itu, namun lobi-lobi GNPF Ulama terus dilancarkan. Ketua Umum GNPF Ulama Ustaz Yusuf Muhammad Martak mengakui melakukan pertemuan dengan Ustaz Somad pada Jumat (3/8).

Menurut Yusuf, dalam pertemuan itu, Somad berharap Salim Segaf Aljufri bersedia menerima rekomendasi Ijtima' GNPF Ulama. "Habib Salim lebih layak dan lebih mampu dibanding saya," kata Ustaz Yusuf mengutip pernyataan Somad, Ahad (5/8).

Menurut Yusuf, sikap UAS itu menunjukan kerendahan hati seorang ulama, tidak berambisi mengejar jabatan dan kekuasaan. "Jawaban itu harus kita lihat dari sudut pandang ulama rabbani, UAS mendukung Habib Salim begitu pun sebaliknya dalam beberapa kesempatan Habib Salim mendorong UAS untuk maju," jelasnya.

Menyikapi hal itu, GNPF Ulama akan terus memantau perkembangan yang terjadi hingga batas akhir pendaftaran capres-cawapres 10 Agustus mendatang. "Ini kan di lapangan dinamis sekali, kami akan terus pantau dan bergerak. Insya Allah kami akan kawal terus amanah para ulama. Lobi-lobi juga terus kami lakukan," jelasnya.

Ustaz Somad membenarkan adanya pertemuan antara dirinya dan perwakilan GNPF Ulama. Pertemuan digelar di Palembang, Sumatra Selatan, pada Jumat (3/8).

Dalam perjumpaan terbaru itu, lulusan S-1 Universitas al-Azhar (Mesir) ini masih bertahan pada opsi menolak maju di Pilpres 2019. Alhasil, dia kembali menegaskan dukungan terhadap pasangan alternatif dari ijtima' tersebut, yakni Prabowo dan Salim Segaf Aljufri sebagai capres dan cawapres RI.

“(Hasil pertemuan) menekankan pilihan utama PS (Prabowo Subianto) – Habib Salim,” kata Ustaz Abdul Somad saat dihubungi, Sabtu (4/8) malam.

Menurutnya, Ketua Majelis Syuro PKS itu lebih pantas diajukan sebagai pasangan bagi Prabowo untuk Pilpres 2019. Dia pun memberi sinyal bersedia bila suatu waktu diminta mengampanyekan Prabowo-Salim Segaf jelang pesta demokrasi tahun depan.

Bagi lulusan S-2 Darul Hadits (Maroko) tersebut, duet dua tokoh ini menyimbolkan persatuan nasional yang seimbang dalam mewakili unsur-unsur kebangsaan. Di antaranya, Prabowo sebagai sosok prajurit nasionalis, sedangkan Salim Segaf merepresentasikan ulama yang keturunan Rasulullah SAW.

“Prabowo-Habib Salim pasangan tawazun (seimbang) antara ketegasan tentara dan kelembutan ulama; (antara) Jawa dan non-Jawa, (antara) nasionalis-religius plus barokah darah Nabi SAW dalam diri Habib Salim,” sebut peraih anugerah Tokoh Perubahan Republika 2017 itu.

Salah satu yang berkomentar keras atas penolakan Somad adalah Dewan Penasihat Persaudaraan Alumni 212 Eggi Sudjana. Eggi bahkan menilai Somad kufur nikmat atau mengingkari nikmat Allah bila tetap menolak tawaran sebagi cawapres.

"Kok UAS nolak? Nabi saja enggak nolak. Kalau dia nolak berarti dia kufur nikmat. Bagaimana hukum Islam mau tegak kalau dia enggak jadi cawapres padahal bisa bisikin Presiden," katanya ketika mengisi sambutan dalam kegiatan Kongres Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) ke-V di Kota Tasikmalaya, Ahad (5/8).

Eggi menilai, bila UAS terpilih sebagai cawapres maka makin berpengaruh pada dunia dakwah. Sebab, selama ini, menurutnya, dakwah UAS kerap dipersekusi.

"Dakwah efektif ketimbang di mana-mana dipersekusi. Dia bakal dijaga umat, bakal tegak hukum Islam. Mohon MMI kondisikan supaya UAS mau jadi cawapres," ujarnya.

Dua nama cawapres

Hingga kini, komunikasi parpol yang akan mengusung Prabowo Subianto sebagai capres masih belum menemukan titik temu dalam menentukan figur cawapres untuk Prabowo. PKS maupun Partai Demokrat masih memiliki figur cawapres yang berbeda.

PKS memegang ijtima GNPF Ulama, yang mengusulkan Ustaz Abdul Somad atau Habib Salim Segaf Aljufri. Sementara, Partai Demokrat menyatakan menyerahkan persoalan cawapres ke Prabowo Subianto. Namun, suara-suara kader maupun sejumlah petinggi Demokrat menginginkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang mendampingi Prabowo.

Pembahasan mengenai cawapres yang akan mendampingi Prabowo pun terus dilakukan. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan nama cawapres Prabowo kini telah mengerucut dua nama.

"Pembicaraan sampai dengan tadi malam, wakil presiden yang akan mendampingi Prabowo sudah mulai mengerucut kepada dua nama, dan kita sedang terus melakukan pembicaraan dengan partai-partai calon koalisi untuk membicarakan nama-nama tersebut," kata Muzani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (6/8).

Muzani enggan menjelaskan lebih lanjut siapa dua nama yang dimaksud. Namun ia mengaku kedua nama cawapres Prabowo tersebut masih terus digodok di internal koalisi.

"Pokoknya dua nama sedang kita seriusi, sedang kita hitung, sedang kita godok dan kita ingin soliditas di antara empat partai yang sudah berkomitmen untuk bersama-sama mendukung Pak Prabowo menghadapi 2019," katanya.

Muzani mengungkapkan rencananya Prabowo akan umumkan cawapresnya di akhir masa pendaftaran. Namun, dirinya mengaku belum bisa memastikan kapan tepatnya koalisi pendukung Prabowo akan mendaftar ke KPU.

"Tetapi tentu saja pembicaraan ini harus sabar, harus telaten dan kita harus memiliki kesabaran untuk mendengar dari semuanya," ujar wakil ketua MPR tersebut.

Sebagai salah satu partai anggota koalisi, Partai Amanat Nasional (PAN) sedang menyiapkan bakal cawapres alternatif untuk Prabowo. Figur alternatf yang akan disodorkan ini sebelumnya pernah mengemuka dalam wacana cawapres Prabowo.

“Kita akan menyiapkan cawapres alternatif untuk Pak Prabowo,” kata anggota Dewan Kehormatan (Wanhor) PAN, Dradjad Hari Wibowo, kepada Republika.co.id, Senin (6/8).

Dradjad belum bersedia menyebutkan nama figur alternatif ini. Namun, menurut dia, figur ini memiliki integritas, kapabiltas, dan elektabiltas yang baik.

“Insya Allah, figur ini akan bisa diterima semua pihak. Mudah-mudahan saja begitu,” katanya. [rol]

Subscribe to receive free email updates: